Dosen Departemen Pendidikan Biologi FMIPA UNY,  Dr. Ixora Sartika Mercuriani M.Si., dilantik menjadi Ketua Dewan Pengurus Daerah Pencinta Anggrek Indonesia (DPD PAI) Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2025. Pelantikan dilaksanakan di Ruang Sidang FMIPA UNY pada Sabtu, 23/8/25 yang sekaligus sebagai rangkaian kegiatan MIPA EXPO 2025. Pelantikan dilakukan oleh Rita Subowo, Ketua DPP PAI Pusat. Hadir pula pada pelantikan tersebut Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi, Sekjen DPP PAI DIY Untung Santosa, Wakil Dekan bidang RKSIU FMIPA UNY, Dr. Pujianto, M.Pd.,  Dinas Pertanian, Dinas Pendidikan, Dinas Pariwisata dan Dinas Lingkungan Hidup, serta masyarakat pecinta anggrek.
Dalam sambutannya Rita Subowo mengatakan,  dengan sistem dan teknik yang begitu kuat di Yogyakarta, yang kita perlukan tambahan adalah lahan. Dimana yang secara teknis sudah kita tumpahkan di labnya, tetapi secara aktual dilapangan. Kita memang harus punya suatu lahan yang memang dijadikan tempat untuk mengerjakannya secara implemented di lapangan. Karena ini akan menjadi contoh bagi seluruh masyarakat pencinta anggek di Indonesia.
“Terutama sekarang ini kita kekurangan juri,  dan didunia internasional, belum banyak wakil-wakil Indonesia yang duduk di organisasi dunia pencinta anggek. Sementara di Thailand, di Chinese Taipei, itu mereka duduk di mana-mana”, lanjutnya.
Rita Subowo menambahkan, kekuatan yang sudah luar biasa dari DPD Anggek Yogyakarta ini kita implementasikan dengan tidak mengeluarkan biaya besar. Berarti harus ada lahan lapangannya di Yogyakarta. Bisa untuk pendidikan penjuriannya, bisa untuk lahan nanti kebutuhan-kebutuhan lainnya, dari hasil yang sudah diterapkan selama ini di Laboratorium Anggek di Yogyakarta.
Sementara itu Ixora Mercuriani mengharapkan dengan dukungan dari pihak, arahan dan DPP kita bisa maju mengembangkan peranggrekan baik di tingkat regional maupun nasional. Saat ini kita berada pada momen penting untuk mengukuhkan peran organisasi ini menjadi motor penggerak peningkatan ekonomi masyarakat khususnya di dunia peranggrekan melalui tiga sektor utama yaitu pertanian, pendidikan, dan pariwisata.  Dalam sektor pertanian kita melihat anggrek sebagai komoditas unggulan yang bisa dikembangkan melalui pembudidayaan yang berkelanjutan. Kita berharap akan bisa mengembangkan, menghasilkan anggrek-anggrek varian baru yang nantinya bisa tumbuh dan berkembang dengan baik menjadi ciri khas dari DIY yang bisa kita perkenalkan, pertontonkan pada dunia, dan tentunya anggrek  tidak hanya memperkuat ketahanan ekonomi petani tapi juga bisa membuka lapangan ekspor dan lapangan kerja baru.  
Di bidang pendidikan kita akan menggandeng sekolah, universitas, dan komunitas lokal Untuk mengenalkan anggrek sebagai bahan dari kurkulum kewirausahaan hijau dan konservasi edukasi sejak kini akan membentuk generasi yang peduli dan inovatif terhadap alam dan potensi lokal. 
Sedangkan GKR Mangkubumi mengatakan, untuk menjual dan merawat anggrek itu mudah tapi untuk kajian, kemudian mengembangkan inovasi-inovasi dari Anggrek itu yang kita butuhkan dan tentu hak paten juga menjadi perhatian.  Kita ini sebenarnya banyak yang ketinggalan dalam hal penelitian dan pengembangan sebuah tanaman kemudian soal hak paten itu kadang-kadang tidak terpikir oleh kita padahal sebelum barang itu keluar itu harus dipatenkan dulu. 
Baik dikawasan hutan,  taman nasional itu juga sebenarnya masih ada anggrek kuno/langka. Kalau tidak dikembangkan anggrek-anggrek langka ini itu juga akan lama-lama punah nanti. Generasi 100 tahun kemudian nggak pernah lihat anggrek langka yang ada asli di Jogja itu seperti apa. Itu perlunya bekerjasama dengan UNY, tapi di Jogja ini banyak kampus. DPD bisa bermitra dengan banyak kampus yang memang mereka punya utamanya fakultas pertanian dan perkebunan, pertanian, perkebunan biologi . Untuk yang pertama mengembangkan dan disilahkan untuk membuat inovasi baru yang memang itu punyanya Jogja menjadi cirinya Jogja.  Setelah ada terus dilombakan. (witono)