You are here
Mahasiswa FMIPA UNY Kembangkan Sirup Xanton Obat Paru-Paru Basah
Mahasiswa jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY yaitu Desiana Nur Fajari, Arry Darmawan, Anifatur Rosyidah berhasil mengembangkan obat paru-paru basah berbentuk sirup.
Desiana mengatakan, obat-obatan yang beredar terkadang memiliki kekurangan yaitu jenis dari obat itu sendiri yang terkadang memiliki rasa yang kurang enak, dalam hal ini di butuhkan terobosan baru dalam dunia obat-obatan dengan merombak rasa atau jenis dan bentuk tanpa merubah kandungan senyawa yang berkhasiat. Maka kami melakukan penelitian dengan judul Sirup Xanton dari Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) sebagai solusi pengobatan paru paru basah ( pneumonia )
Dijelaskan, kulit manggis yang dahulu hanya dibuang saja ternyata menyimpan sebuah harapan untuk dikembangkan sebagai kandidat obat. Kulit buah manggis setelah diteliti ternyata mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas farmakologi misalnya antiinflamasi, antihistamin, pengobatan penyakit jantung, antibakteri, antijamur bahkan untuk pengobatan atau terapi penyakit HIV. Beberapa senyawa utama kandungan kulit buah manggis yang dilaporkan bertanggungjawab atas beberapa aktivitas farmakologi adalah golongan xanton.
“Salah satu keunggulan dari kulit buah manggis adalah senyawa xantone yang dapat mengobati paru paru basah, Istilah paru paru basah dalam bahasa medis disebut pneumonia, yaitu infeksi satu atau kedua paru-paru yang biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur”, lanjutnya.
Pengobatan yang biasa dilakukan mengatasi paru paru basah biasanya dengan obat obatan sintetis kimia, yang tentu saja dapat menyebabkan efek samping pada organ dalam tubuh, terutama jika pengobatan ini di lakukan pada anak anak masa usia tumbuh. Namun sekarang seiring perubahan zaman dunia medis sudah mulai berkembang dan kembali pada pengobatan yang berasal dari alam yaitu pengobatan herbal yang biasanya berasal dari daun, buah, dan kulit buah.
Desiana memaparkan, hasil uji difusi daya hambat Klebsiella pneumoniae menunjukan hasil zona hambat sekitar 11mm. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa minimnya angka zona hambat klebsiella pneumonia terhadap sirup xanton yang sudah ada karena zona hambat 10 mm ke bawah tidak berlaku atau tidak dapat dihitung sebagai zona hambat ( Peraturan SNI uji mikrobiologi daya hambat bakteri ), dilakukan tanpa pengenceran karena hanya melihat zona hambat paling besar dari ekstrak kulit manggis ini guna menunjukan bahwa ekstrak kulit manggis berupa sirup ini mampu untuk menghambat pertumbuhan bakteri
Hasil uji difusi daya hambat staphylococcus aureus menunjukan hasil zona hambat sekitar 10mm hasil pengenceran yang dilakukan 80%,60%,40% tidak menunjukan adanya zona hambat yang signifikan, hal ini karena zona hambat 10mm sudah menjadi batas penrhitungan zona hambat bakteri terhadap suatu ekstraksi tertentu ( Peraturan SNI uji mikrobiologi daya hambat bakteri ). Dilakukan pengenceran dengan hipotesis awal, kelas bakteri ini lebih rendah di bandingkan klebsiella pneumoniae, dengan harapan bisa melihat zona hambat minimum. (witono)
Organisasi Mahasiswa
- Dewan Pertimbangan Mahasiswa
- Badan Eksekutif Mahasiswa
- Himpunan Mahasiswa Matematika
- Himpunan Mahasiswa Fisika
- Himpunan Mahasiswa Kimia
- Himpunan Mahasiswa Biologi
- Himpunan Mahasiswa IPA
- HANCALA (Pecinta Alam)
- Haska (Kerohanian Islam)
- SEKRUP (Teater, Seni)
- KSI MIST (Penelitian)
- BIONIC (UKM Pengamat Burung)
- MIPA Creativepreneur Club
Kepala, Sekretaris Layanan Administrasi, dan UUIK
Kontak Kami
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Karangmalang
Jl.Colombo No. 1 Yogyakarta 55281,
Telp. 0274-586168 psw 217, 336
Telp. 0274-565411
FAX. 0274-548203
Email: humas_fmipa@ uny.ac.id
Copyright © 2024,