Sabun adalah salah satu bahan yang sangat dibutuhkan sebagai alat pembersih dalam kehidupan sehari-hari. Sabun dewasa ini tidak hanya berfungsi sebagai pembersih namun juga ditawarkan sebagai pewangi, penghalus, pelembut dan pelembab kulit. Selain itu sabun juga dapat berfungsi sebagai alat kesehatan yang dapat membersihkan kuman. Sabun secara kimia adalah hasil reaksi penyabunan antara alkali Natrium hidroksida (NaOH) atau Kalium Hidroksida (KOH) dengan trigliserida dari minyak goreng atau minyak nabati. Minyak nabati yang telah dilaporkan untuk pembuatan sabun adalah minyak sawit dan kernel 
Peneliti dari FMIPA UNY  Dr. Sri Handayani, Susila Kristianingrum, M.Si., Anna Rakhmawati, M.Si serta mahasiswa Khulafaurrasidin dan Tuti Asaroh dalam penelitiannya yang berjudul Minyak Cengkeh Sebagai Sabun Antibakteri Berbasis Sumber Daya Alam Lokal,  mengembangkan sabun anti bakteri dengan menggunakan bahan tambahan minyak cengkeh dan bahan baku minyak kelapa.
Sri Handayani mengungkapkan, minyak cengkeh mempunyai aktivitas sebagai antibakteri karena mengandung eugenol (78%) dan kariofilen (13%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah pada minyak cengkeh dan minyak kelapa sebagai produk lokal sehingga menjadi bahan yang lebih berguna.
Bahan yang digunakan untuk membuat sabun anti bakteri antara lain  minyak zaitun, minyak jarak, minyak sawit, minyak Kelapa , Minyak cengkeh (tidak boleh lebih dari 3% dari total berat sabun), dll dengan takaran tertentu. 
“Prosedur pembuatannya yaitu diawali dengan reaksi penyabunan antara minyak kelapa dengan NaOH. Setelah terjadi reaksi penyabunan sempurna, tambahkan minyak cengkeh, olive oil, pewarna dan pewangi. Selanjutnya sabun didiamkan selama 4 minggu untuk proses curing. Pengujian kualitas sabun dilakukan sesuai SNI tahun 2016 yaitu uji kadar air, total lemak, bahan tak larut dalam etanol, alkali bebas, asam lemak bebas dan lemak tidak tersabunkan. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi Kirby-Bauer. (witono)